Tuesday, December 18, 2012

Every End, is a New Beginning

Inilah perjalanan bagaimana Tokopedia bermula oleh pendiri Tokopedia, William Tanuwijaya
Akhir tahun 2007, warteg samping Cyber Building, Jakarta Selatan
Saya sedang menikmati makan siang bersama Leon, Albert, dan Andry. Saat itu saya bekerja sebagai IT & Business Development Manager; Leon sebagai General Manager; sementara Albert dan Andry sebagai web developer di Indocom Group.
Sehari-hari kami bekerja mengembangkan aplikasi sms content, sms broadcasting, dan juga beberapa website pesanan. Ketiga gerak bisnis tersebut kebetulan sedang struggle, hidup tidak, matipun enggan.
Buat yang belum tau beda antara SMS Content dengan SMS Broadcasting, perbedaannya sebagai berikut:
  1. SMS Content itu SMS berlangganan dimana biaya dikenakan ke penerima SMS. Contohnya SMS REG spasi SOMETHING yang sempat sangat banjir di tayangan televisi; atau juga SMS-SMS yang bersifat quiz, polling, dan sejenisnya.
  2. SMS Broadcasting adalah SMS berisi informasi, dimana biayanya dikenakan ke pengirim SMS. Contohnya SMS informasi discount dari kartu kredit, SMS informasi dari BANK, dan sejenisnya.
Setiap bulannya bisnis SMS Content harus mengejar komitmen 100 juta rupiah revenue sms / bulan, dengan 50% otomatis menjadi jatah operator. Apabila revenue di bawah itu, otomatis terkena penalty, dimana 50 juta sudah pasti menjadi hak milik dari operator. Belum lagi menghitung biaya iklan yang harus dikeluarkan setiap bulannya. Fakta banyaknya yang bermain di bisnis sejenis membuat kue kecil dibagi rame-rame, dimana pada akhirnya yang untung sebenarnya hanya operator selular dengan regulasi yang kurang sehat.
Nah, waktu makan siang seperti itu sering kami gunakan sebagai waktu brainstorming. Brainstorming kami pada waktu itu tidak jauh dari apa yang harus kami lakukan untuk menolong perusahaan survive di tengah struggle tersebut. Leon mengajak kami untuk lebih bersemangat lagi mencari client untuk produk SMS Broadcasting lewat telemarketing semampu kami, karena prospek SMS Broadcasting memang lebih baik dari prospek SMS Content. Atau coba gali ide untuk mengembangkan website lain. Waktu itu Leon mengutarakan ide untuk membuat website untuk komunitas musik, atau website untuk share lagu dengan cara yang legal.
Dibanding SMS Content, SMS Broadcasting punya prospek yang lebih baik, pasarnya jelas, dan kebutuhannya ada. Sepanjang 2008 nantinya, saya bersama Leon berusaha mati-matian survive lewat bisnis SMS Broadcasting ini. Hanya saja saya juga menyadari keterbatasan saya yang bukan seorang people person, oleh karenanya saya juga memilih mencoba alternatif pengembangan website, dibanding melakukan telemarketing untuk SMS Broadcasting.
Pada waktu itu saya kebetulan mendapatkan order side-job mengembangkan sebuah website e-commerce. Dan sebenarnya dari masa ke masa banyak sekali order sidejob yang beredar seputaran pengembangan website e-commerce. Wajar, karena pada satu titik tertentu, bisnis offline memang harus berkembang merambah pasar online yang sedemikian luasnya. Hanya saja, side-job side-job tersebut terpaksa saya tolak semua karena memang tidak ada waktu. Saya memilih konsentrasi penuh mengembangkan Indocom Group.
Saat itu saya juga dipercaya sebagai Super Moderator di salah satu forum besar Indonesia. Dan dalam komunitas forum tersebut, salah satu yang paling besar adalah komunitas Jual Beli nya. Hanya saja dalam aktivitas jual-beli lewat forum tersebut, tidak jarang terjadi kasus penipuan. Si korban biasanya mengirimkan pesan pribadi kepada saya untuk meminta pertolongan. Karena fungsi forum pada dasarnya adalah sebagai wadah untuk berdiskusi, bukan wadah untuk bertransaksi online, sayapun tidak bisa membantu banyak selain menasehati untuk lebih berhati-hati dalam bertransaksi online di masa akan datang.
Kombinasi antara kebutuhan dan masalah tersebut, membuat saya menyadari bahwa pasar e-commerce di Indonesia sebenarnya sudah berjalan. Terbersit ide, bagaimana jika ada sebuah website dimana pengunjung bisa membuat website mereka sendiri? Sebuah website yang dilengkapi dengan fungsi transaksi-online dengan mekanisme transaksi yang aman? Ini akan menjadi jawaban untuk semua masalah tadi.
Ide ini kemudian kami bahas di makan-makan siang berikutnya, dan pada akhirnya menyempit menjadi dua ide. Ide mengembangkan website download musik terinspirasi keberhasilan napster, atau ide mengembangkan website commerce terinspirasi keberhasilan amazon. Keduanya sudah booming di dunia sebelum memasuki tahun 2000. Amazon mulai dari tahun 1995, sementara Napster di tahun 1999. Keduanya sekilas seperti ide usang, jauh dari ide orisinil, tapi kami yakin jika dikemas dan disesuaikan dengan habitat pengguna Indonesia, bisa menjadi produk yang luar biasa.
Akhir tahun 2007, di review tahunan kemudian kami membuat presentasi yang intinya mengajak board of directors untuk mempertimbangkan penutupan bisnis SMS Content yang sudah tidak sehat, fokus di SMS Broadcasting, serta mencoba pengembangan area bisnis baru lewat sebuah website yang waktu itu saya namakan belanjaaman.com. Idenya website ini selain dilengkapi fitur transaksi online yang mumpuni, juga dilengkapi fitur interaksi yang terdapat pada situs jejaring sosial pada umumnya. Sementara di sisi bisnisnya diperlukan brand-awarness untuk membuat belanjaaman.com sebagai wadah e-commerce yang diingat pelaku transaksi online di Indonesia sebagai web commerce yang dikelola dengan serius. Untuk itu tentunya dibutuhkan komitmen dana yang besar, karena bisnis internet pada umumnya tidak akan langsung menghasilkan dalam beberapa tahun pertama.
Point-point review tersebut disetujui, board of directors memutuskan untuk tidak melanjutkan bisnis SMS Content, dan akan fokus di bisnis SMS Broadcasting untuk tahun 2008. Sementara untuk ide belanjaaman.com, BOD meminta proposal pematangan ide nya, business plan dan proyeksi kebutuhan dananya untuk mencari investor. Sepanjang tahun 2008, Leon dan saya kemudian akan fokus mati-matian memperjuangkan 2 hal tersebut, yang akan diceritakan di jurnal blog lainnya.
Di Indocom Group saya belajar banyak hal, salah satu paling penting adalah semangat pantang menyerah; tapi juga harus tahu kapan saatnya mundur dari sebuah medan peperangan yang sudah tidak mungkin dimenangkan. Saat menjalankan bisnis SMS Content misalnya di akhir tahun 2006, kami pernah mengadakan satu quiz dengan total dana sebesar 2 Milyar rupiah untuk masa waktu quiz hanya sekitar 4 bulan. Quiz tersebut gagal generate revenue, dan kami merugi total. VF, investor kami pada waktu itu datang di review-meeting waktu itu, beliau mengatakan kurang lebih seperti ini, “Anggap 2 Milyar ini sebagai biaya pelajaran kita, ke depan kita harus lebih baik, dan benar-benar belajar dari kegagalan ini. Kali ini kita gagal, tapi kita jadi lebih maju karena kita sudah lebih berpengalaman.” Hanya orang dengan semangat entrepenuership sejati yang bisa dengan tenang menyadari kegagalan, dan bahkan menjadikannya sebagai pembelajaran.
“Making your mark on the world is hard. If it were easy, everybody would do it. But it’s not. It takes patience, it takes commitment, and it comes with plenty of failure along the way. The real test is not whether you avoid this failure, because you won’t. it’s whether you let it harden or shame you into inaction, or whether you learn from it; whether you choose to persevere.” – Barack Obama
Maka, akhir 2007, satu kegagalan disadari untuk satu pelajaran baru. Seperti siklus kehidupan, ada yang mati (bisnis sms content ditutup), ada yang menjadi dewasa (fokus survive di sms broadcasting), dan selalu ada yang baru lahir (mempertimbangkan ide belanjaaman.com).
Perjalanan tokopedia (belanjaaman) pun dimulai walau masih pada tataran ide, business plan, dan perjuangan mencari investor. Every end is a new beginning!
posted by Jesse Markevin

No comments:

Post a Comment